Agenda Setting dan Spiral of Silence Theory
Waktu kuliah semester 2, gue belajar yang namanya "Introduction to Mass Communication". Di situ, gue belajar banyak banget teori media massa, mulai dari Uses and Gratification, Spiral of Silence Theory, dan masih banyak lagi. Salah satu yang paling gue ingat adalah teori Agenda Setting dalam media.
Teori Agenda Setting menyatakan bahwa sebenarnya pikiran kita secara tidak sadar diatur oleh media. Apa yang kita saksikan, itu semua sudah ada "agendanya". Teori ini seolah-olah berkata bahwa manusia adalah makhluk bodoh yang tak bisa berpikir dengan otaknya sendiri, sehingga dengan mudahnya mereka bisa "disetir" oleh orang-orang di balik layar yang bahkan tidak kita kenal.
Akhirnya masuk ke jurusan Marketing, untuk sejenak gue tiba-tiba melupakan hal itu. Sampai suatu hari ada kunjungan ke DPR, dan di situ kami para mahasiswa ini diperbolehkan untuk bertanya kepada anggota DPR. Waktu itu lagi hot-hotnya berita DPR buang-buang duit untuk renovasi gedung hingga miliaran rupiah, dan bahkan WC nya saja sampai 2 miliar kalau tidak salah ingat. Di situ, gue dengan "didukung" oleh anak-anak lainnya yang tau gue suka yang namanya berdebat, bertanya kepada sang PR (yang maaf gue lupa namanya siapa). Gue bertanya pertanyaan retoris yang ditanyakan hampir seluruh warga negara Indonesia yang "kritis" ini, "kenapa DPR buang-buang duit? DPR kan wakil rakyat, ga tau apa gimana pendapat rakyat tentang DPR? Mau tutup kuping aja gitu?"
Dan jawaban sang Ibu PR membuat gue berpikir. Walau temen-temen gue pada bersorak dan bertepuk tangan, si Ibu hanya tersenyum dan dengan tenang menjawab. Dia berkata (kira-kira seperti ini), "Itu kan yang ditampilkan media. Media selalu menampilkan yang buruk-buruknya dari pemerintah. Tapi ketika pemerintah melakukan hal yang baik atau mencapai sesuatu yang baik, kenapa hal itu tidak diberitakan? Kita di sini jujur saja tidak pernah melakukan survey tingkat kepercayaan masyarakat pada kita, hanya melalui koran saja."
Jujur, sebetulnya menurut gue tindakan "tidak survey" itu adalah tindakan yang bodoh. Kenapa? Karena fungsi PR adalah untuk membentuk citra yang baik di kalangan publik. Kalau pemberitaan negatif tidak pernah di-tackle dan berita bagus tidak pernah disiarkan, bagaimana mungkin rakyat bisa percaya pada wakilnya?
Tapi bukan itu yang jadi concern gue di sini. Pernyataan pertama si Ibu PR lah yang mengingatkan gue kembali akan teori Agenda Setting yang pernah gue pelajari waktu semester 2 itu.
Pernah ga terpikir olehmu kalau apa yang dikatakan si Ibu PR itu benar adanya? Bahwa mungkin saja media memang sengaja memperlihatkan berita-berita buruk tentang pemerintah, dengan tujuan untuk menjatuhkan pemerintah?
Gue tidak menuduh ya, gue hanya berusaha melihat dari sisi lain, karena hal ini mungkin banget terjadi. In my defense back then, gue bahkan bilang sama si Ibu PR, "semua pemberitaan itu kan pasti di-trigger sama suatu kejadian, yang abis itu di-blow up dan didramatisir. Jadi walaupun misalnya memang media hanya memberitakan hal-hal yang buruk-buruk saja tentang pemerintah, hal itu pasti di-trigger oleh sesuatu yang memang dilakukan pemerintahnya sendiri."
Nah, kembali ke topik Agenda Setting, hipotesis gue soal Agenda Setting ini semakin kuat setelah gue mencium sesuatu yang "aneh".
Sadar ngga, sejak Jokowi dan Ahok resmi dilantik jadi gubenur, suara media "berubah total"? Sekarang, hampir seluruh berita yang keluar di media soal pemerintahan (terutama pemerintahan DKI Jakarta) adalah berita yang bernada positif, seolah-olah memang sudah diagendakan seperti itu?
Lihat ini sebagai bukti deh:
Hampir semua berita yang keluar di media massa adalah berita positif. Ya Jokowi-Ahok sidak dan ternyata "pejabat lama" ngga pada kerja lah, ini lah, itu lah, dan lain sebagainya. Bahkan, PemprovDKI sekarang memiliki akun Youtube yang meng-upload liputan kegiatan Gubenur dan Wakil Gubenur setiap harinya! Bukan itu saja, semua comment yang masuk pun dengan aktifnya direspon oleh Divisi Humas Pemprov DKI!
Belum 1 bulan Jokowi-Ahok dilantik, akun Youtube ini sudah mendapat 7000 lebih subscribers dan 1.8 juta lebih view! Menakjubkan! Belum lagi kalau dilihat dari komentar-komentar yang masuk yang sebagian besar bernada positif.
Bagaimana dengan berita negatif? Tentu saja ada, tapi jumlahnya jauh lebih sedikit. Ini misalnya:
Di sini, gue tiba-tiba berpikir, "Kok aneh ya? Pas Jokowi-Ahok semua pemberitaan tiba-tiba bernada positif. Sekarang, seolah-olah media "takut" memberitakan hal negatif mengenai Jokowi-Ahok. Apa hal ini memang direncanakan untuk memberitakan berita baik (agenda setting), atau mereka memang takut menyuarakan yang buruk karena yang buruk itu minoritas?"
Kenapa gue bisa berpikiran seperti itu? Karena selain Agenda Setting, gue juga belajar teori lain yang namanya Spiral of Silence. Teori ini berkata bahwa minoritas tidak berani bersuara karena takut diisolasi oleh mayoritas. Dalam kasus ini, Jokowi-Ahok yang memang dari awal selalu dikelilingi berita baik seolah-olah tidak memiliki berita buruk sama sekali. Apalagi media kebanyakkan selalu memberitakan hal-hal baik tentang Jokowi-Ahok. Kalau sampai ada media yang memberitakan berita buruk, bisa-bisa media itu dikucilkan oleh media lain maupun pembacanya.
Nah, bagaimana dengan Jokowi-Ahok ini? Apakah memang benar media merancang semua ini? Atau memang benar Jokowi-Ahok bekerja dengan baik? Atau yang terjadi malah "suara negatif" itu tidak berani keluar karena takut akan kalah dengan suara-suara bernada positif?
Well, apapun itu alasannya, gue sebetulnya senang sih dengan pemberitaan positif dari media ini. Karena bagaimanapun, media adalah pilar ke-4 negara dan "penyambung lidah" masyarakat dan negara toh? Media itu, either mendukung, atau menjatuhkan pemerintahannya. Masyarakat "mendengar" media, masyarakat percaya pada media, dan menjadikan media "sumber kebenaran" mereka.
Dengan beragam pemberitaan positif ini, masyarakat jadi memiliki harapan baru. Masyarakat jadi tidak terlalu apatis lagi dengan pemerintah, dan bahkan bisa melihat akan adanya suatu perubahan lebih baik yang akan diberikan oleh pemerintah. Masyarakat jadi percaya pada pemerintah, dan semoga saja, perubahan itu benar-benar terjadi. Amiiiinnnn... :)
iyaa ya kan, gw bru menyadari setelah baca tulisan lo ini ..
ReplyDeletesemoga perubahannya terus menerus ke arah yang baik ya.. Amiiiinnnn