Sebulan Pertama

Perpisahan kantor lama

Gue baru pindah kerja, dari agency ke korporat. Hari ini adalah gajian pertama yang menandakan genap sebulan gue bekerja di perusahaan baru ini. 

Tiga tahun lebih bekerja di perusahaan yang sama (bahkan lima setengah tahun jika dihitung fase gue resign, lalu balik lagi), terbiasa dengan teman-teman yang sama, bos yang sama, area kantor yang sama, serta cara kerja yang sama, membuat “perubahan” menjadi challenge terbesar gue ketika pindah ini.

Ada 15 perubahan yang gue rasakan dalam waktu sebulan terakhir:

1. Bangun lebih pagi
Dulu, alarm pertama gue berbunyi jam 8. Lalu jam 9 atau bahkan 9.30 gue baru berangkat ke kantor. Sekarang, bunyi handphone gue sudah membangunkan gue di jam 6 pagi dan jam 8 gue sudah berada di kantor. Itu pun hitungannya gue sudah telat, karena jam resmi kantor gue sekarang adalah jam 7.30. Jam 9 apalagi, udah siaaaanggggg banget rasanya!

2. Malam terasa lebih panjang
Karena jam masuk lebih pagi, maka jam pulang pun jadinya lebih cepat. Kalau dulu pulang jam 7 malam adalah hal yang wajar, maka sekarang jam 6 masih ada di kantor aja rasanya udah lembur banget. Terus sampe rumah main hp, main laptop, leyeh-leyeh sekian lama, dan jam baru menunjukkan pukul 9 malam. Sementara dulu, jam 9 mungkin gue baru sampe rumah, kali. 

3. Menantikan weekend dan liburan
Dulu, temen gue sampe bingung sama gue karena gue ga seneng kalo libur kelamaan. Gue lebih suka ke kantor, kerja, dan ketemu temen-temen. Sekarang, gue SANGAT menantikan weekend dan hari libur. Bukan karena gue ga suka sama kerjaan, lingkungan, ataupun teman-temannya, bukan. 

Gue ingin segera bertemu dengan weekend dan hari libur hanya supaya gue bisa bangun lebih siang. Gue butuh bangun siang. Bangun pagi itu bikin lo cepet ngantuk di sore harinya, sehingga setelah pulang kerja, kegiatan yang bisa lo lakukan jadinya terbatas banget.

4. Punya boss kayak di film-film
Dulu, boss gue chill banget. More like a big bro than a boss. Hirearki ada, tapi bukan penghalang. Ruangan sendiri ada, tapi bukan berarti tak terjamah. Ngobrolnya pake “gue-elu”, bukan “saya-kamu”.

Sekarang, gue bertemu dengan boss yang biasa gue liat di film-film. Boss yang kalo dia lewat aja, lo tau kalo dia itu boss, posisinya tinggi. Boss yang lo panggil “Bapak” atau “Ibu”, boss yang ketika ngobrol, lo ga bisa seenaknya ngomong “gue-elu”, tapi seandainya pun dia “gue-elu”an sama lo, lo tetep harus “saya-Bapak/Ibu” ke dia.

5. Belajar berbirokrasi
Dulu, mau apa aja bisa gue dapatkan dengan gampang dan cepat. Sekarang, gue harus nulis surat dulu, minta izin dulu, minta approval dulu, presentasi dulu, dan masih banyak lagi. Kulo nuwun adalah sesuatu yang wajib hukumnya. Gue belajar untuk bersabar mengikuti proses dan aturan yang ada.

Dengan tim dari kantor baru

6. Lebih sering meeting
I'm not a meeting person. Kalo ga bener-bener perlu, lebih baik gue ga ikut meeting. Tapi di sini, gue kayaknya seriiinnggggg banget meeting. Untungnya, semua meeting yang gue ikuti memang memerlukan kehadiran gue. Gue ada gunanya lah di sana, ga cuma nonton doang. 

7. Calling everyone “Bapak” dan “Ibu”
Dulu, gue hampir selalu manggil orang dengan nama. Paling banter gue manggil “Mas/Mbak”, and never “Bapak/Ibu”. Sama klien aja gue manggil “Mas/Mbak”. Tapi di sini, it’s like everyone is calling everyone with “Bapak/Ibu”. Bahkan gue juga dipanggil "Ibu". “Mas/Mbak” is only acceptable buat teman-teman “selevel”. Buat yang posisinya ga yakin apa -- apalagi boss, you must call them “Bapak/Ibu”.

8. Ngefans sama boss
LOL LOL LOL. But really, sebelum ini, gue ga pernah punya boss atau sosok klien yg gue idolakan dalam hal pekerjaan. Man, gue bahkan sangat jarang mengidolakan sesuatu, apalagi seseorang. Sosok publik yang gue idolakan/kagumi juga dikit banget. Tapi di sini, gue nemu satu boss – tapi bukan direct boss gue – yang gue idolakan, HAHAHA. Pinter, charming, dan percaya diri. BEUH.

9. Lebih “macho”
Okay. Jadi anak-anak kantor lama tau bahwa gue adalah salah satu “preman” di sana. Sehingga salah satu “motivasi” gue pindah kerja adalah untuk membentuk citra baru. Jadi lebih perempuan. Dandan. Cari jodoh. There.

Tapi apa daya ketika masuk, gue dihadapkan dengan fakta bahwa gue harus nge-lead team yang terdiri dari 9 orang pria – soon to be 11 – hampir lebih tua semua dari gua, rata-rata ex-jurnalis, and let me remind you once again, I’m THE ONLY lady in the group. Buyar semua niatan gue itu. Mana bisa gua nge-lead team yang isinya laki semua dengan gaya lady-like???

10. Wearing shoes and formal clothing everyday
Dulu, gue bisa pake sendal jepit ke kantor. Terus selama di kantor malah telanjang kaki karena sendal ditaro di rak. Sekarang boro-boro sendal jepit. Sepatu sendal aja ga boleh. Harus sepatu. Setiap saat.

Sama halnya dengan baju. Dulu, kaos dan jeans everyday is fine. Pake baju rapihan dikit pun kalo mau meeting doang. Sekarang, no more jeans, only celana non-jeans yang diperbolehkan. Baju pun kalau ga kemeja, ya blus. Hampir tiap hari juga gue pake blazer. Bukan karena harus sih, tapi karena dingin banget, bosss! HAHA.

11. Makan lebih sehat
Baik di kantor lama maupun kantor baru, gue sama-sama dapet makan siang. Dulu, makanannya enak. Tapi seperti kebanyakan makanan enak lainnya, mereka tidak selalu sehat. Sekarang, kantin kantor gue menyediakan menu sehat, menu vegan, dan menu biasa. Gue jadi bisa makan nasi merah, sayur, daging, dan buah, yang tentunya less minyak, less MSG, dan jadinya lebih sehat. Dan yang lebih menyenangkannya lagi, makanan itu bisa gue dapatkan dengan GRATIS! Mantap jiwa.

Contoh makan siang gue. Ini makanan vegan.

12. Lebih hemat
Karena makan siang yang menyehatkan dan mengenyangkan -- dan gratis -- itu tadi, frekuensi jajan gue di kantor baru ini sangat amat jarang. Dulu kantor deket mall, deket Alfamart, deket dengan berbagai jajanan pasar. Tanjung Duren gitu, salah satu pusat kuliner Jakarta Barat. Belum lagi temen-temennya hobi jajan semua. Ya GO-FOOD lah, belanja sendiri lah, ngajak jajan lah, dan lain-lain.

Sementara di sini? Kantor deket Tanjung Priok. Mall terdekat di Sunter Mall. Jajanan pasar cuma ada pas jam makan siang dan pas Jumatan. Variasi jajanan sangat terbatas. Temen-temennya lebih suka ngerokok daripada makan. Terhitung selama sebulan gue di sini, gue hanya pernah jajan 3 kali. Itu pun dua kali untuk beli kopi karena gue ngantuk, dan sekali lagi untuk beli siomay ketika harus lembur dan gue laper. Hemat banget kan gue.

13. Kembali bekerja
Hahahaha. Kalian pasti bertanya, maksudnya apa toh? Dari dulu kan emang kerja, kok sekarang “kembali bekerja”?

Well, sejujurnya, setahun lebih terakhir di kantor lama, most of the time I didn’t actually do the "actual" work. HA. HA. What I did was monitoring, talking, mentoring, coaching, guiding, directing, etc. I was working on the bigger picture and putting all my energy and effort to bring the team towards the direction that we all aimed for. Tapi di sini, I do the actual work. I do the strategizing, the planning, the decking, the detailing, the reviewing, the editing, and lots of other -ing.

Jadi ketika seorang teman dari kantor lama bilang, “lo lebih santai dong di sana,” respon gue adalah, “of course not. Gue malah kerja di sini.” HAHA.

Butuh adaptasi lagi tentunya, tapi gue orang yang sangat adaptif kok. Two weeks in juga gue udah bisa balik ke track “kerja, kerja, kerja”.

14. I tweet more, opening Facebook less
Entah mengapa ya, padahal dulu waktu luang lebih banyak, tapi gue tergolong jarang ngetwit. Tapi sekarang, udahlah akses sosmed ditutup di kantor, tapi gue malah jadi lebih sering ngetwit. Like, I tweet everything that crossed my mind gitu.

Tapi di saat yang bersamaan gue jadi lebih jarang mengakses Facebook. Padahal dulu Facebook semacam sumber inspirasi gue gitu. Cari referensi, dapetin berita terbaru, liat video lucu, nemu hal-hal viral, semuanya gue dapatkan di Facebook. Sekarang, karena akses sosmed ditutup itu dan sinyal hp butut di kantor, sementar loading Facebook lumayan lama, gue jadinya cuma buka Facebook pada malam hari sebelum tidur. Hiks. Aku takut kurang update jadinya.

15. Locking my Twitter and Instagram account
Ini pertama kalinya dalam sejarah gue punya Twitter dan Instagram, gue nge-lock akun gue. Ini sebenernya sama kejadiannya kayak dulu gue ga mau berteman sama teman-teman kantor di Path. Bukan karena gue ngomongin mereka, tapi karena gue banyak share kehidupan gue di sana, dan dulu gue ga mau mereka tau kehidupan gue lebih dari apa yang bisa mereka lihat di kantor.

Sekarang, gue banyak ngebacot di Twitter dan nge-share kegiatan di InstaStories. Padahal, gue masih dalam fase belum seterbuka itu sama temen-temen baru di kantor. I don't want them to know my life yet. Jadi ya, terpaksa harus gue tutup dulu kedua akun sosmed gue itu untuk sementara. Karena gue suka kepoin orang, tapi sorry, gue ga mau dikepoin, HAHA.

***

Kayaknya itu aja deh. Gue kira bakal banyak banget perubahannya, hahaha. Tapi ternyata tak sebanyak yang gue kira ya. Tapi, gue seneng mengalami semua perubahan ini. Aneh pada awalnya, tapi sebetulnya segala perubahan ini membawa gue ke arah yang lebih baik. Bertemu dengan orang-orang baru, nge-push diri lebih lagi, dan tentunya belajar banyak banget hal baru.

Wish me luck, semoga betah di sini, semoga gue bisa perform sesuai ekspektasi, semoga semua berjalan lancar, dan tentunya semoga gue beneran bisa ketemu jodoh di sini. Amiiiinnn!

Comments

  1. mantapppp. semangat kan, gw tunggu chapter 2 nya, bakal banyak yg bisa di share lagi nih setelah 2-3 bulan.

    ReplyDelete
  2. hahahaha gw pengen komentarin satu2 kan.. :D

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular Posts