Nasionalisme: Kenapa Ikut-Ikutan?



Prakata: 
Tulisan ini tadinya mau dibuat untuk ikut semacam lomba esay gitu, tapi apa dikata, tampaknya ide kurang mengalir, sehingga mandek dan tak memenuhi syarat jumlah halaman :p. jadilah gw pajang di sini (sudah digubah tentunya), cuma sekedar pingin share aja.. setelah diliat2, udah lama juga ya gw ga nulis apa yg ada di pikiran gw.. :p Happy reading! maaf2 dulu kalo ada salah2 kata, yg ga setuju atau ga suka sama kata2 gw :) saya hanya mewujudkan hak saya sbg warga Negara Indonesia: kebebasan mengemukakan pendapat. :D

***

Nasionalisme, apa sih nasionalisme? Apa nasionalisme datang cuma pada saat ada krisis/masalah? Ketika ada bom, kematian seorang penyanyi baru yang tau-tau dianggap legenda, kematian buronan paling dicari di dalam negeri, ketika negara membuat berbagai macam RUU yang dianggap merugikan rakyat, atau yang sudah sering terjadi, ketika ada milik kita yang dicuri? 

Segala bentuk "indonesiaunite", tembang-tembang pemersatu bangsa, kaos dan lain sebagainya, jadi terlihat sebagai perwujudan eksistensi diri dari masing-masing individu – bentuk gaul anak muda jaman sekarang yang semakin asik dengan teknologi. Semakin eksis di dunia maya, semakin gaul artinya. Semuanya serba ikut-ikutan -- hasil dari "bujukan tidak langsung" tokoh yang dianggap "patut diikuti". Apa itu yg disebut nasionalisme? Ke mana nasionalisme ketika hal-hal berjalan baik-baik saja seperti biasanya? 

Gue bukannya tidak mendukung segala gerakan pemersatu Indonesia, malah sebaliknya, gw dukung banget. Tapi yang gw ga terlalu suka adalah, kenapa harus ketika ada masalah? Dan kenapa ikut-ikutan? 

Nasionalisme pada hakekatnya bukanlah sebuah gerakan ikut-ikutan. Nasionalisme semestinya bisa diwujudkan dalam keseharian hidup sebagai bangsa Indonesia. Bukan berarti kita harus menyanyikan lagu kebangsaan tiap hari, memakai baju adat tiap hari, memakan makanan asli Indonesia tiap hari, tapi ditunjukkan mulai dari hal yang paling kecil. Jangan mulai mengeluh ketika ada yang tidak disukai dari negara ini, dan ujungnya: protes lagi, dan lagi. Demo lagi, dan lagi. Akhirnya, keluarlah kata2, "Gue benci Indonesia." Atau "Gue pengen pindah kewarganegaraan." 

Memang sih, asal muasal munculnya segala bentuk protes itu berasal dari dalam diri Indonesia sendiri. Dalam diri pemerintah Indonesia yang tampaknya tidak pernah merasakan hidup sebagai rakyat biasa yang butuh aspirasinya didengar,yang benar-benar ingin diajak berpartisipasi dalam pemerintahan, yang ingin melihat demokrasi diwujudkan dalam arti yang sesungguhnya. Sekarang semuanya berbau uang dan kekuasaan. Selama menguntungkan mereka yang punya dua hal itu, yang tidak punya ya… pasrah saja terima nasib. Bukan begitu? 

Jadi, apa artinya sebenarnya kita ga nasionalis? Gue yakin banget, ga ada seorangpun orang Indonesia yang betul-betul membenci negaranya, walaupun dia berkali-kali bilang “benci dan benci”. Kenapa? Buktinya, ketika ada barang kita yg dicuri, kita masih peduli. Dan ketika tim negara kita sedang bertanding melawan tim negara lain, pasti kita tetap membela tim negara kita, kan? :) That’s enough proof to show that we still love our Indonesia.

Comments

Popular Posts