Marathon Film Keren part. 2
Dear John,
Bagaimana kabarmu? Lama tak berjumpa setelah perjalananmu dengan GI Joe, sekarang tahu-tahu kau sudah jadi US Army. Kenapa sih kau suka sekali sesuatu yang membahayakan jiwa? Kau tak memedulikan bagaimana perasaanku jika kehilanganmu, hah? Aku khawatir menanti kepulanganmu, aku juga kangen banget liat kamu surfing lagi di pantai.. Dan ingat, kau belum mengajariku sampai aku benar-benar bisa, jadi jangan berpikiran untuk membahayakan jiwamu lagi ya, John?
Oh ya John, aku juga baru tau ternyata kamu bukan naturally-born-romantic-type-of-guy ya.. Tapi aku seneng banget karena tau, di balik sikap keras dan kaku-mu itu, kamu adalah anak yg sayang banget sama orangtua.. Segala yang kamu lakukan untuk ayahmu membuatku sedih, tau gak..
John, ingat pesanku ya, jangan celakakan dirimu, walau medan perang nya tak semenyeramkan seperti yang kukira, kamu tetap harus berhati-hati, karena aku menantimu di sini, di hatiku..
Love,
Kania
P.S: Maaf teman-teman, saya agak menjijikan dalam me-review Dear John. Wakakakaka. Tapi kurang lebih apa yg ingin saya sampaikan di review normal tersampaikan kok lewat surat saya kepada John :p
***
WARNING! SPOILER ALERT!
Setelah berpuas melihat Mas Tatum ber-surfing ria di pantai, saya mengunjungi Rumah Sakit Jiwa di Pulau Shutter. Di sana, saya bertemu banyak pasien berbahaya yang bahkan tak bisa ditangani para sipir di penjara, tapi jelas bisa ditangani dengan sangat baik oleh Martin Scorsese.
Jujur, gue bisa melihat banyak sekali kesamaan antara Shutter Island dengan salah satu film Indonesia favorit gue, Pintu Terlarang. Dan jujur juga, gue lebih menyukai Pintu Terlarang dibanding Shutter Island. Mengapa?
SI dan PT sama-sama membawa gue ke ekspektasi tertinggi begitu gue melihat trailernya, dan sama-sama membuat gue sangat kepingin tanggal rilisnya segera datang pula. Hasilnya, PT berhasil memuaskan gue, jauh melebihi ekspektasi gue, sementara SI sayangnya kurang memuaskan gue, atau bisa dikatakan, berada di bawah level ekspektasi gue.
Mungkin ending yg serupa (tapi tak sama) itu yg membuat perbedaan. Ketika twisted ending PT membuat gue bertanya-tanya sampai setahun (mungkin lebih) kemudian, Scorsese tidak mau membuat penontonnya berpikir selama itu, ia memberikan penjelasan yg mewakilki (juga menjawab) segala kebingungan yg mungkin disebabkan oleh Leonardo di Caprio :D *biar ga spoiler* Sehingga yg terjadi adalah, efek yang ditimbulkan jadi tidak semenarik trailernya sendiri.
Akhir kata, gue bersyukur Pintu Terlarang keluar lebih dulu dari Shutter Island, kalo nggak, kesian masterpiece macem Pintu Terlarang dituduh menjiplak dongg.. Apalagi yg "dijiplak" bukan karya sutradara main-main.. :)
Hmmm... kalo yang dijiplak novelnya gimana? Novelnya khan udah rilis duluan? *mulai gila konspirasi
ReplyDeleteyg penting eksekusi nya mantapan PinTer *keukeuh* :))
ReplyDeleteTadinya mau nonton Shutter Island tuh pas Mau maraton film di XXI, cuma karena waktu nih film yang berjarak cukup panjang dengan film sebelumnya jadi diganti sama Alice deh.
ReplyDeleteUp In The Air, bagus filmnya!
surat buat John or Chaning Tatum bu? hahaha. lumayan sih. tapi engga ada yg special ketika gue menonton DJ.
ReplyDeletesurat buat john donggg ;)
ReplyDeleteyg sepsial sih ada, Channing Tatum nya :p
tapi emang kurang banget Dear John (apalagi jika dibandingkan dengan karya Nicholas Sparks yg lain), dan sayangnya, Channing Tatum adalah kekurangan terbesarnya. Dia kaku, ga cocok memerankan karakter cowo romantis..