[Short Story] Dicari: Pembunuh Rasa
Bukannya aku tak mau bercerita. Aku hanya tak suka.
Lagipula, jika aku berceritapun, tak ada yang mendengarkan, tak ada yang peduli.
Tapi bukannya aku tak butuh.
Terkadang, aku juga perlu seorang pendengar, walaupun itu hanya hal-hal sederhana.
Sampai aku bertemu orang itu.
Ia selalu mendengarkan cerita remehku. Bahkan, ia mengingatnya.
Entah bagaimana dengannya,
tapi aku menganggapnya sebagai orang yang paling mengenal siapa aku sebenarnya.
tapi aku menganggapnya sebagai orang yang paling mengenal siapa aku sebenarnya.
Dan aku pun memendam rasa padanya.
Rasa itu semakin kuat,
saat perlahan-lahan Ia juga semakin menunjukkan kepeduliannya padaku.
saat perlahan-lahan Ia juga semakin menunjukkan kepeduliannya padaku.
Hingga aku terkadang bingung mengartikan sikapnya.
Kadang ia begitu manis, tapi tak jarang ia juga suka menyakiti hatiku.
Tapi itulah Ia.
Pria pujaan para wanita.
Aku tak tahu apa perlakuan khususnya hanya ditujukan padaku,
atau kepada wanita lain juga.
atau kepada wanita lain juga.
Tapi aku tahu betul, aku cukup spesial di matanya.
Satu per satu wanita datang silih berganti, mencoba merebut perhatiannya.
Ada yang diladeni, ada pula yang tak digubris.
Ada pula yang diberi perhatian lebih, hingga membuatku panas hati.
Ia tak kunjung mengungkapkan perasaannya padaku.
Dan aku pun terus menunggu. Mencoba bersabar dan terus berpikir positif.
Sampai suatu waktu, ia benar-benar menyakiti perasaanku.
Di situ aku sadar, posisiku mulai tergantikan.
Ia tak lagi seperti dulu. Ia tak lagi melihatku dengan tatapan yang sama.
Kini, mata itu sudah jadi milik gadis lain.
Gadis barunya.
“Aku” yang baru.
Saat itu, aku berkata,
sudah saatnya aku membunuh rasa ini.
Pada awalnya, aku berhasil.
Perbuatannya waktu itu ternyata menjadi racun yang cukup ampuh
untuk mematikan cinta ini.
untuk mematikan cinta ini.
Tapi rupanya Tuhan berkata lain.
Aku dibawa ke rumah sakit.
Dan dokter menemukan penangkalnya.
Rasa itu masih meninggalkan bekas,
walau sebagian telah tersapu oleh sang racun.
walau sebagian telah tersapu oleh sang racun.
Aku perlu menemukan cara lain!
Aku harus menemukan cara lain untuk membunuh rasa ini!
Aku perlu kamu,
Hai sang Pembunuh Rasa…
Temukanlah aku…
Dengan rela kan kubiarkan kau melakukan apapun padanya.
Aku hanya mau…
Rasa dalam hati ini menghilang.
Aku ingin kembali ke awal,
memulai dari nol,
menjadi pribadi yang baru,
yang tak lagi mencintainya…
Comments
Post a Comment