[Short Story] Nayla: Perihal 4 Cinta


Tau ga rasanya lebih milih sakit hati daripada ga punya perasaan sama sekali?
Sakit banget pastinya. Tapi itulah yang terjadi pada Nayla, tokoh utama kita dalam cerita kali ini.


Nayla udah memendam rasa sama Ezra selama setahun lebih. Bukan salah Nayla. Ezra duluan yang bikin Nayla ge-er. Tau sendiri kan gimana cewe gampang banget terbuai? Tapi apa daya, Ezra kayaknya ga punya perasaan apa-apa sama Nayla. Buktinya, sampe sekarang dia belum pernah ngungkapin perasaan apa-apa tuh ke Nayla -- si cewe yang menuntut emansipasi wanita, tapi masih juga menganut sistem lama: cowo duluan yang harus nembak. Alhasil, Nayla sering banget sakit hati, karena rupanya bukan cuma Nayla yang diperlakukan manis sama si Ezra ini. Cerita klise playboy. Dan Nayla tau itu. Tapi dia mikir, dia udah lama ga punya perasaan yang namanya cinta, jadi ya mending dia sakit hati tapi hatinya masih bisa merasa, daripada hidup tanpa merasakan yang namanya cinta itu. Perasaan universal yang katanya pasti dimiliki setiap orang.

Mungkin, Nayla nya aja kali ya yang menganggap cinta itu terlalu sempit. Dia hanya merasa kalau cinta itu artinya ya cinta terhadap lawan jenis. Tapi mungkin dia lupa ajaran tentang cinta yang lain; cinta ke Tuhan, cinta ke orangtua, cinta sahabat, dan cinta ke sesama manusia. Apa... Nayla ga punya itu semua?

"Cinta yang lain yang lo sebutkan itu.. Cinta ke Tuhan? Gue masih dalam tahap pencarian Tuhan," eh.. Nayla tiba-tiba nyamber aja nih ngagetin. "Gue masih mencari jawaban atas pertanyaan yang bahkan gue sendiri ngga tau apa. Cuma yang gue rasa, gue punya banyak pertanyaan yang harus dijawab," katanya lagi.

Ada orang yang bilang, manusia tuh ga perlu mencari Tuhan, karena Tuhan pasti akan menemukan lo. Kayak ilmu fisika aja, ketika lo melihat suatu benda, dalam jarak pandang tertentu, lo akan bisa melihat dengan jelas. Semakin dekat, semakin jelas. Tapi ketika benda itu terlalu dekat dengan mata lo, maka benda itu malah terlihat buram. Sama seperti Tuhan. Tuhan itu terlalu deket buat lo, hingga lo ngga bisa melihat Dia, tapi dia ada di dekat lo.

Nayla berpikir sejenak, keningnya berkerut, "Make sense sih.. Penjelasan terlogis dan ter-faithful yang pernah gue denger. Masuk akal, masuk akal," Nayla manggut-manggut. "Tapi.. Ah.. Gue bingung. Awalnya gue yakin kalo gue sudah menemukan Tuhan gue. Tapi belakangan, gue malah merasa lebih nyaman melakukan hal-hal yang dulu gue anggap remeh. Agama yang dulu gue lakukan dengan terpaksa........" Ya, Nay? "Gue merasa perlu menemukan Tuhan gue, supaya gue bisa menemukan jati diri gue. Supaya gue tau, gue harus berpegangan sama siapa, dan ketika mati, gue akan ke neraka yang mana.."

Ih si Nayla mikirnya masuk neraka aja. Mikir masuk surga dong.. Optimis!

"Well, gue optimis kok.. I'm just preparing for the worst.. Gue cukup yakin perbuatan gue di dunia ini cukup baik, terutama ke sesama manusia. Mungkin itu doang cinta yang gue punya. Cinta ke sesama manusia. Tapi.. Gue belom mengerahkan kemampuan gue dengan maksimal. Gue masih hidup dari uang orangtua gue. Gue masih belom bisa mandiri."

Humm.. Omong-omong soal orangtua, lo ga cinta sama orangtua lo?

"I love them. I don't know how I can live without them. It's just.. I don't think it can be called as love, ya know?"

Gue rasa gue ngerti maksud lo, Nay. Lo merasa kalo cinta ke orangtua adalah hal yang alamiah, sehingga itu ga bisa dianggap sebagai suatu bentuk cinta. They gave birth, they raised you, they provide food, it's like an obligation, and when you have to give back to them when they grow old, it's your turn to help them, be patient, and be a good child. Is that so?

"Not exactly like an obligation sih.. Humm.. I can't explain it, quite difficult for me."

Try me.

"I don't know.. Maybe it's one of the unidentified questions, and the answer will be found when I meet my God."

Okay, then. What about your friends? Don't you love them?

"Umm.... Gue selalu bermimpi ingin memiliki hubungan persahabatan layaknya film-film kayak di Sex and the City, Friends, di mana gue bisa terbuka dan bisa cerita apa aja sama sahabat-sahabat gue, dan bisa bersahabat hingga tua.. Tapi kok kayaknya, susah banget ya bagi gue untuk menemukan hubungan semacam itu? Gue kayak.. Well, I’m always being a good listener.. Not that I’m complaint, but the truth is I, myself, don’t really like to tell stories, you know.. But there are times when I still need to be heard, need someone to talk to, need them to listen to my stories, even if it’s a very unimportant stories ever.. But they just seem won’t listen..”

Have you tried?

“Of course! But they just don’t care..”
“And it’s quite hard for me to tell important stories as well.. I’m afraid..”

What are you afraid of?

“Well, actually.. Maybe ‘afraid’ is not the right word.. Maybe.. I don’t feel comfortable if I share stories with them..”

Ngga nyaman?
Lo ga nyaman sama temen lo.... atau lo malah ga nyaman sama diri lo sendiri?

“Maksudnya apa tuh?!”

Eits, santai aja, Nay.. Well, gue melihat adanya pergolakan batin dalam diri lo. Lo yang ngga yakin sama ini itu, ngga bisa menemukan kedamaian hati, dan mungkin bahkan ngga tau siapa lo sebenarnya, dan apa yang ingin lo capai dalam hidup.

“I do know who I am and what I want to achieve in life!”

.....

Nayla emang suka begitu. Well, basically, manusia pada dasarnya memang seperti itu. Mereka akan membela diri mereka sendiri ketika mereka terdesak. Seperti Nayla yang merasa tahu siapa dia dan apa yang ingin dia capai dalam hidup, tapi bisa saja itu bukan benar-benar berasal dari dirinya, tapi dari harapan-harapan orang-orang di sekitarnya, ataupun persepsi-persepsi orang lain yang akhirnya membentuk Nayla yang sekarang ini. Nayla yang merasa tidak aman, Nayla yang belum bisa melihat cinta secara utuh.

Sedari tadi, Nayla sedang berdiskusi dengan dirinya sendiri. Seperti mitos yang beredar, dalam diri setiap manusia, pasti ada 2 kepribadian, yang kalo di film-film digambarkan sebagai setan dan malaika.. Nayla berusaha meyakinkan dirinya sendiri atas pertanyaan-pertanyaan yang ia ajukan, karena ia merasa ga bisa mendapat jawaban yang memuaskan dari orang lain.

Mungkin ini berkaitan dengan trust issues juga, di mana dia ga bisa percaya pada siapapun -- atau ga tau harus percaya sama siapa. Naya harus menemukan cintanya” yang hilang.

Atau mungkin.. Nayla harus menemukan Tuhan nya dulu supaya dia benar-benar bisa melihat arti cinta yang sebenarnya?

Atau... Dia malah harus mulai untuk mencintai diri nya sendiri dulu untuk mampu melihat cinta yang lainnya?

*****

Dan Nayla pun terbangun dari tidurnya. Berpikir. Dan berkata, "Cinta itu apa sih sebenernya?"

Comments

Popular Posts