Mental Bos vs Mental Karyawan

Kebanyakkan orang setelah lulus kuliah pasti akan mencari pekerjaan. Ya, kecuali dia mau membuka usaha sendiri, meneruskan usaha orangtuanya, ataupun hanya berfoya-foya karena kondisi keuangan keluarganya memungkinkan orang tersebut untuk tidak perlu bekerja, menghasilkan uang, dan memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Dan biasanya pula, orang-orang mencari pekerjaan dengan gaji yang besar, alasannya tentu saja karena selain kepingin cepet kaya, alasan lainnya yang biasanya muncul adalah "orangtua gue udah bayarin gue kuliah mahal-mahal, masa gw cuma digaji kecil?" Ya semacam itulah.

Tapi tak sedikit pula orang yang bekerja dengan idealisme, yang penting mencari pengalaman dulu dan belajar. Apalagi ketika mengingat bahwa mereka adalah fresh graduate yang tidak memiliki nilai jual ataupun bargaining level yang tinggi untuk meminta gaji yang lebih besar, dikarenakan mereka baru saja lulus dan belum punya pengalaman.

Beberapa waktu setelah mereka bekerja, biasanya akan ada beberapa dari mereka (terutama yang pintar semasa kuliah) merasa sudah hebat dan susah belajar banyak dalam waktu singkat. Nah, ketika perasaan sombong tersebut mulai muncul, maka seseorang akan cenderung untuk mulai berpikir hal-hal jelek, seperti, "gue kerja susah payah, kerja keras banget, tapi gaji ga seberapa" Nah, permasalahan mulai muncul di sini.

Anak-anak yang merasa sudah pintar dan sudah hebat tadi itu kemudian mulai mencari-cari pekerjaan di tempat lain dan berharap pengalaman mereka yang masih sejumput dan ego mereka yang setinggi langit itu bisa mendapat tempat di perusahaan yang lebih besar, juga dengan harapan penawaran gaji yang lebih besar pula.

Mereka lupa bahwa ada yang namanya loyalitas dalam suatu pekerjaan yang juga akan mempengruhi pertimbangan perusahaan lain dalam mempekerjakan seorang karyawan.

Sebuah perusahaan selain melihat pengalaman kerja, prestasi, dan sejumlah prestasi yang mentereng dalam CV seaeorang, mereka juga akan melihat berapa lama orang tersebut pernah bekerja di perusahaan-perusahaan sebelumnya. Mereka ingin melihat apakah orang yang akan mereka hire ini akan lama bekerja di perusahaan mereka atau tidak. Apalagi jika orang tersebut diberikan gaji yang lumayan besar. Tentunya perusahaan tak mau kan kalau investasi sumber daya manusia nya tersebut menghilang setelah buahnya cukup matang? Rugi bandar namanya.

Hal ini baru saja terjadi pada saya. Awalnya, saya bekerja dengan idealisme bahwa yang penting belajar, menyerap ilmu sebanyak-banyaknya. Kemudian dalam waktu singkat sudah merasa hebat dan digaji dengan tidak seimbang dengan apa yang sudah saya keluarkan. Berkeluh kesahlah saya.

Untunglah saya bertemu dengan tante saya dan mengobrol dengannya. Dicerahkannya lah pikiran saya yang sudah negatif ini. Katanya, "lu kerja kalo ngeluh aja, itu biasanya mental karyawan. Selalu melihat dari sudut karyawan dan merasa karyawan sebagai kaum yang tertindas. Coba lu liat dari sisi bos. Seandainya lu yang jadi bos, lu juga pasti akan melakukan hal yang sama kan?"

Dari situlah kemdian saya juga bisa melihat pesan tersembunyi dari kata-kata yang disampaikan tante saya itu. Pada ngeh ga, ketika kita sudah merasa hebat dan hanya menjadikan gaji besar sebagai goal kita, maka kita akan seperti kutu loncat yang berpindah ke sana ke mari mencari tempat yang paling bisa menawarkan yang lebih besar, dengan posisi yang sama. Kita ga penah sabar menunggu lebih lama sedikit, karena yang lebih lama itu yang akan membawa pengaruh yang signifikan terhadap hal yang kita inginkan.

Bahasa langsung tanpa pengandaiannya seperti ini: sekarang elo kerja sebagai staff marketing selama 6 bulan. Pindah ke perusahaan lain yangmenawarkan lebih dari itu selama 6 bulan lagi, tapi masih dengan posisi yang sama. Lu pindah-pindah terus, tapi posisi lu hanya staff kan? Bantu-bantu doang?

Coba seandainya lu bisa bertahan selama 2 tahun di situ, mungkin posisi lu bukan staff lagi, tapi manager misalnya. Ketika lu pindah ke perusahaan lain, maka nilai jual lu udah "manager", bukan staff lagi. Dan ketika lu pindah, maka mungkin aja lu jadi director, iya kan?

Nah itulah yang gue maksud dengan mental karyawan vs mental bos. Karyawan ga sabaran dan hanya berorientasi short term aja, sementara mental bos melihat jauh ke depan. Mungkin bukan sekarang, tapi suatu saat nanti.

Gue kemaren sempet masuk dalam tahap mental karyawan itu. Tapi berkat tante gw itu, gw sadar, gw mau jadi bos, makanya gw harus berubah.

Gw belum jadi bos, tapi gue mau suatu hari gue jadi bos nya. :)

Comments

Popular Posts